Organisasi adalah manifestasi sosialisasi manusia yang satu kepada manusia yang lainnya. Sosialisasi dalam organisasi melibatkan interaksi intelektual yang berproses secara korelasional. Korelasi yang dibangun untuk memperkuat eksistensi manusia terhadap manusia lainnya berdasarkan konsep yang humanis. Organisasi bergerak dari kebutuhan sosialisasi menjadi kebutuhan aktualisasi diri setiap manusia. Kebutuhan untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaan. Pembangunan bangsa yang dihadapi sekarang dan yang akan datang tidak terlepas dari peran generasi muda yang mana nantinya akan menerima tongkat estafet dan melanjutkan pembangunan, oleh karena itu kami Mahasiswa yang akan menjadi calon pelayan masyarakat sadar akan perlunya mengembangkan kualitas dan mengasah potensi yang kami miliki. Salah satu parameter yang diambil untuk menjadi tolak ukur dari pencapaian pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah tingkat kemandirian dan kemampuan kompetitif baik di tingkat daerah, nasional maupun Internasional di segala aspek penguasaan ilmu dan tanpa batasan.
Untuk menjawab masalah dan tantangan tersebut, prasyarat utama yang harus dicapai adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus meningkat, mempunyai keunggulan kompetitif dan mampu mandiri dalam menangani permasalahan yang ada di tanah sendiri. Maka kami yang merupakan bagian dari warga negara yang dengan sepenuh hati merasa sadar akan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang nantinya mampu menciptakan kemandirian serta mampu berkompetisi demi kemajuan bangsa ke depan. Serta juga sadar bahwa “knowledge is power“ atau “Pengetahuan adalah kekuatan jika diterapkan“ dengan penuh keikhlasan dan tangguang jawab.
Mahasiswa merupakan calon generasi sekaligus harapan bangsa Indonesia, tentunya semakin banyak tantangan yang semakin banyak yang harus dihadapi, selain itu juga banyak peluang yang muncul. Mahasiswa sekarang mulai terkikis dengan perkembangan zaman. Penyakit ini seringkali dianggap menjadi budaya yang lumrah pada mahasiswa khususnya pada mahasiswa IAIN Ponorogo. Di saat semua orang khususnya mahasiswa terbawa arus mainstream ini, semua berkompetisi untuk saling pamer bagaimana berpakaian yang keren serta trend masa kini, yang lebih mengajarkan kita untuk menjadi hedonis dan cenderung narsis karena selalu berorientasi pada kesenangan dan kepuasan semu, kemudian terhanyut dalam euforia peserta belaka, sehingga melupakan tugas utama mereka sebagai mahasiswa. Mahasiswa yang katanya merupakan agen perubahan seakan menjadi agen yang diubah oleh keadaan.
Permasalahan lain yang mengidap mahasiswa saat ini salah satunya adalah minimnya minat berorganisasi yang mempengaruhi kesuksesan dari organisasi serta kualitas mahasiswa yang ada di IAIN Ponorogo, utamanya progres dari Pengurus DEMA IAIN Ponorogo. Banyak yang melatar belakangi hal tersebut salah satunya adalah sifat malas. Budaya mahasiswa seperti berdiskusi tentang isu-isu sosial, politik, ekonomi, lingkungan atau bahkan sampai kepada hal-hal yang berbau falsafah hidup dianggap sebagai hal yang terlalu jadul, sehingga terlupakan oleh mahasiswa sekarang ini. Ruang-ruang diskusi semakin sempit manakala mahasiswa mengaggap mahasiswa yang suka diskusi adalah mahasiswa yang terlalu serius dan sok-sok an sebagai intelek, bahkan ada anggapan bahwa suatu saat mereka-mereka ini pada akhirnya hanya mengejar kursi-kursi kehormatan. Anggapan itu menimbulkan sikap apatis akut dalam kalangan mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa sekarang bukan lagi menjadi agen perubahan, akan tetapi telah menjadi individu yang terseret oleh arus perubahan itu sendiri. Mahasiswa tidak memiliki bekal mental yang cukup bagus dan jiwa yang cukup kritis dalam menyampaikan pendapat atau pertanyaan dalam berdiskusi apalagi dalam perdebatan dalam tataran intelektual. Sikap atau pandangan kritis hendaknya kita munculkan kembali dan gerakan penyadaran terhadap semua pengaruh luar yang datang. Oleh karena itu kami sebagai pengurus DEMA IAIN Ponorogo memandang perlu menyelesaikan problematika-problematika tersebut dengan cara merancang berbagai rencana Program Kerja melalui “Musyawarah Besar”, kegiatan ini sebagai sarana bagi kami untuk merumuskan berbagai program kerja sebagai penunjang kualitas karakter dalam diri mahasiswa. Kegiatan ini bertema “Aktualisasi Potensi DEMA IAIN Ponorogo menuju Eksekutif berintegrasi”. Oleh karena itu DEMA IAIN Ponorogo, sebelum melaksanakan seluruh agenda, terlebih dahulu harus mengadakan Musyawarah Besar pengurus sebagai acuan dari program kerja yang akan dilaksanakan sebuah organisasi. Musyawarah Besar merupakan proses manajemen yang niscaya akan dilaksanakan oleh pengurus dalam kegiatannya kedepan nanti arah program inilah yang akan memberikan panduan bagaimana dan kemana program akan diarahkan.
Momen terpenting untuk pijakan dalam jangka satu periode. Musyawarah Besar sebagai pijakan awal dari seluruh agenda yang akan kami susun, maka kami merasa acara ini sangat penting untuk diadakan. Semua dilakukan agar terjadi keselarasan tujuan mahasiswa agar terwujudnya kesatuan visi dalam mengarungi 1 periode mendatang. Dengan demikian diharapkan dengan adanya Musyawarah Besar, sistematika program kerja akan lebih terorganisir dan terarah.