MENELISIK PENTINGNYA KESADARAN DEMA IAIN PONOROGO MENGADAKAN BEDAH BUKU

Kesadaran merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai hal yang seharusnya dijalankan, utamanya dalam bidang pendidikan. Pendidikan bukan sekedar transfer of knowledge yang berjalan satu arah dan menjadikan peserta didik sebagai objek. Pendidik dan peserta didik hendaknya memiliki equal untuk menjadi subjek dari pendidikan itu sendiri.

Menyikapi keadaan yang demikian DEMA IAIN Ponorogo mengadakan acara BEDAH BUKU Season 1 “Kaum Tertindas Dan Kaum Penindas” dengan buku yang berjudul “Pendidikan Kaum Tertindas” karya Paulo Freire. Freire merupakan tokoh filsafat pendidikan yang mencetuskan teori pendidikan kritis dan berusaha untuk menghilangkan degradasi sosial dan pendidikan melalui pendidikan kritis dengan metode dialogis humanis dan hadap masalah.

Acara ini digelar pada Jum`at, 3 Juni 2022 di Aula Pasca Sarjana IAIN Ponorogo mulai pukul 13.00 wib – 16.00 wib. Acara ini dibuka oleh Aldila Mayang selaku ketua DEMA IAIN Ponorogo, dilanjutkan dengan Bedah Buku yang mengundang Bapak Ahmad Sulton, M. Pd.I (Dosen filsafat IAIN Ponorogo) sebagai narasumbernya dan Dony Pratama (Mendikbud Dema IAIN Pnorogo) sebagai moderator.

Acara dianjutkan dengan narasumber yang membedah BAB I pada buku tersbut, beliau mengawalinya dengan menjelaskan secara singkat mengenai isi dari keempat bab yang terdapat dalam buku tersebut. Masing-masing bab membahas hal yang berbeda namun saling terkait satu sama lain, berikut isi dari buku yang ditulis oleh Paulo Freire tersebut:

1. berbicara mengenai kebutuhan pendidikan bagi kaum tertindas

2. bagaimana proses pendidikan kaum tertindas

3. dialog sebagai unsur pendidikan kaum tertindas

4. teori pendidikan (tindakan) dialogik bertentangan dengan teori tindakan antidialogik.

Bapak Sulton menyampaikan ada 5 keyword pembahasan dalam bab pertama ini, yaitu penindasan, kaum tertindas, kaum penindas, humanisme, dan dehumanisasi. Penindasan dengan alasan apapun tidaklah dibenarkan. Beliau juga menyampaikan penindasan ini dapat terjadi karena beberapa hal, seperti adanya rezim otoriter, bias gender, rasis, atau juga sifat manusia homo homonilupus yaitu manusia bersifat seperti serigala bagi sesamanya. Meski demikian sifat yang demikian tidak dapat dijadikan legitimasi untuk menindas siapapun dalam kondisi apapun.

 Beliau juga mengaitkan dengan pemikiran tokoh ekonomi Karl Marx yang menganggap tidak ada kehidupan tanpa sejarah penindasan. Hal ini terkait dengan sejarah dari penindasan itu sendiri mulai dari jaman purba (orang menindas dengan kekuatan fisik), jaman feodal (orang menindas dengan kekuasaan) hingga jaman kapital (pemodal memindas kaum buruh).

Kaum tertindas merupakan sekumpulan orang yang mengalami keterasingan dalam diri dan juga lingkungannya. Adanya demikian merupakan sebuah praktik dehumanisasi yang bukan hanya menimpa kaum tertindas, namun juga kaum penindas. Kaum tertindas mengalami dehumanisasi karena haknya dinistakan, selain itu budaya diam kian melanggengkan praktik dehumanisasi. Sedangkan pada kaum penindas dehumanisasi karena menistakan keberadaan hati nuraninya sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Kunt bahwa manusia memiliki pertimbangan moral secara alamiyah dalam dirinya.

Praktik dehumanisasi tidak dibenarkan oleh siapapun dalam kondisi apapun. Dengan demikian humanisasi menjadi antitesa terhadap praktik tersebut. Sejalan dengan penjelasan Freire dalam bukunya yang menyatakan bahwa membebaskan diri dari ketertindasan bukan berarti membenarkan diri untuk menjadi penindas baru, sehingga tidak akan menghilangkan esensi humanisasi dalam kehidupan, terkhusus dalam ranah pendidikan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab, peserta terlihat antusias untuk berdiskusi terkait pembahasan ini, terbukti dengan banyaknya audience yang menanggapi apa yang telah disampaikan oleh narasumber. Kegiatan diakhiri denngan pembacaan kesimpulan oleh moderator sekaligus menutup acara pada hari tersebut. Dengan adanya acara bedah buku ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan juga kesadaran mahasiswa terhadap suatu hal yang terkadang tidak disadari namun berdampak dalam kehidupannya.

Scroll to Top